.:: Air Mata Pemadam Api Neraka ::. "Ya Allah ! Ya Tuhanku Jadikanlah air mataku di waktu takut dengan-Mu Pemadam api neraka-Mu Jatuhnya air mataku menggugurkan segala dosa-dosaku Tuhan !Kalau bukan dengan rahmat-Mu Aku tidak akan selamat Setidak-tidaknya kalau bukan kemaafan-Mu Aku tidak terlepas daripada azab Aku lemah, bantulah aku Nafsuku serakah Bantulah aku bermujahadah selalu Syaitan yang menipu dayaku Lindungilah aku darinya Jalan kesesatan terlalu banyak Ada yang jelas Ada yang kesamaran Kalau bukan pimpinan-Mu Aku tersesat jalan Pimpinkanlah aku selalu Agar aku selamat menuju-Mu"
Memaparkan catatan dengan label tazkirah. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label tazkirah. Papar semua catatan

Jumaat, 16 Julai 2010

Habib Munzir : Puasa Sunnah di Bulan Sya' ban

Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban


عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ :
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَصُومُ شَهْرًا، أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، وَكَانَ يَقُولُ : خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ، مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ، حَتَّى تَمَلُّوا

( صحيح البخاري )

Dari Aisyah ra : tiada pernah Nabi saw berpuasa (puasa sunnah) disuatu bulan (selain ramadhan) lebih banyak dari bulan sya’ban, dan sungguh beliau saw berpuasa hampir seluruh hari bulan sya’ban, dan beliau saw bersabda : ambillah (amalkanlah) dari amal-amal ibadah semampu kalian, maka sungguh Allah swt tiada akan bosan, hingga kalian bosan” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِيْ هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ

Limpahan Puji Kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki Masa, Yang Maha Memiliki zaman,

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ . (QS. Al ‘Ashr)

“Demi Masa”

Kalimat Demi Masa, sumpahnya Allah subhanahu wata'ala, sudah merangkum seluruh kejadian sejak Alam di cipta hingga alam ini berakhir, seluruh kesedihan dan kenikmatan, tegak dan duduk, bergerak dan diam, setiap ucapan, setiap ruh, setiap nafas, setiap bentuk, setiap sifat, setiap kejadian semuanya berada di dalam kandungan “Masa”.

Allah merangkum seluruh kejadian itu dalam satu kalimat “Demi Masa”

Lewatlah seluruh kehidupan yang dalam kenikmatan atau yang dalam kesusahan, yang dalam kebahagiaan atau dalam kesulitan, yang di dalam tempat – tempat yang mewah, atau di gubug – gubug yang di kota atau yang di desa, yang pria atau yang wanita, yang kelaparan atau yang kekenyangan, yang terus bisa tidur, yang terus sulit tidur, terus demikian kejadian terjadi dan berputar dari generasi ke generasi.

Allah menjawab :

إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“manusia dalam keadaan yang merugi”

Lewati seluruh keadaan itu, kenikmatan kesusahan, kesedihan kesenangan,
siang malam, kaya miskin, semua itu rugi bagi Manusia, tidak ada keuntungannya

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

“Kecuali orang – orang yang beriman, dan berbuat amal saleh, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran”
Tidak rugi dia, dia beruntung melewati itu semua, siang dan malamnya beruntung, susah senangnya beruntung, dalam keadaan kehidupannya beruntung, siangnya beruntung, bergeraknya beruntung, ia terus beruntung

Beramal Shaleh, di sempurnakan lagi dengan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran maka orang – orang seperti itulah yang menemui keberuntungan di dalam melewati masa hidupnya, yang hanya sebutir debu kecil di banding “Masa” secara keseluruannya.

Hadirin, dalam satu generasi saja sudah terjadi triliyunan kejadian dalam setiap detik, triliyunan lintasan pemikiran dalam setiap kejap terus berputar di alam semesta ini, segenap pemikiran, cita – cita, kebencian, keirian, kedengkian, kecintaan, kerinduan, semangat, rencana, semua itu terus bergejolak dalam pikiran manusia dan itu jumlahnya triliyunan di permukaan bumi ini, bisa juga apa yang melintas oleh hewan – hewan, yang menginginkan makanan, yang sedang kelaparan, yang sedang mencari air dan lain sebagainya, kesemua itu terangkum di dalam “Masa”.

Hadirin hadirat, kesemuanya manusia didalam kerugian kata Allah subhanahu wata'ala, kecuali yang beriman yang beramal saleh, yang menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran, mereka – mereka ini tidak rugi.

Empat hal ini :
Iman, Amal saleh, menasihati dalam kebenaran, menasihati dalam kesabaran,
Empat hal ini bisa di padu, bisa di ringkas lagi menjadi apa ?
Tuntunan Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“manusia itu di dalam kerugian”
Kecuali yang mengikuti Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Dia beruntung di dunia tidak juga rugi di akhirat, ia susah di dunia hanya menjadi penyebab keberuntungannya di masa mendatang dunia dan akhirat, demikian keadaan mereka yang beriman dan dekat dengan Allah, tidak ada ruginya melewati hari – hari, tidak rugi dalam kesenangannya, dalam kesusahannya, dalam siangnya, dalam malamnya, dia tidak di rugikan, selalu beruntung, dia melewati dosa, dia didekatkan dengan pengampunan Allah, seraya berfirman :

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

“semua makhluk dan hewan dan makhluk hidup yang ada di bumi dan yang terbang di udara dan semua yang hidup . kecuali kelompok – kelompok seperti umat – umat diantara kalian ada kelompok – kelompoknya . tidak kami sisakan dan kami hapuskan dan kami sia – siakan dari pada ketentuan mereka sesuatu pun kecuali semua itu nanti . lalu mereka akan di kirim untuk berkumpul kehadapan pemilik mereka kelak yang memberi mereka kehidupan, burung itu rizqinya, burung itu takdirnya demikian pula hewan, lalat, nyamuk sampai virus dan sel terkecil apakan menjalankan tugas yang di perintahkan Allah” (QS Al An’am 38)

Hadirin hadirat, bunga di beri tugas oleh Allah, pohon di beri tugas, tanah di beri tugas, matahari di beri tugas, bulan di beri tugas, semua makhluk ciptaan Allah di beri tugas,
manusia di beri tugas, apa tugasku dan kalian ?
tugasku dan kalian banyak, ringkasnya mengikuti Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Malam yang agung ini, malam perpisahan kita dengan pergantian malam dan malam pertemuan kita dengan bulan Sya’ban, inilah malam 1 Sya’ban, di dalam perhitungan hijriah, berpindahnya hari itu, pindahan hari itu bukan jam 12 malam, kalau tahun masehi, bulannya memang jam 12 malam, tapi kalau perhitungan Hijriah terbenamnya matahari, terbenamnya matahari tadi adalah berpisahnya kita dengan bulan Rajab dan terbenamnya matahari tadi malam ini mengawali malam 1 Sya’ban.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda sebagaimana riwayat Shahih Bukhari tadi, riwayat Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu'anhum:

عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ :
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَصُومُ شَهْرًا، أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، وَكَانَ يَقُولُ : خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ، مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ، حَتَّى تَمَلُّوا

( صحيح البخاري )

“tidak pernah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam itu berpuasa banyak (puasa sunnah selain Ramadhan) sebanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, dan beliau saw bersaba ambillah amal ibadah (sunnah) menurut kemampuan kalian, sungguh Allah swt tak akan bosan menerima ibadah hingga kalian bosan (kelelahan) ”(Shahih Bukhari)

Dalam satu kali pernah beliau melakukan puasa Sya’ban, semuanya yaitu sebagian besar,
Di riwayatkan di jelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari, yang di maksud di dalam hadits ini adalah bukan maksudnya seluruh Sya’ban dari tanggal 1 sampai dengan akhir, karena akhir Sya’ban itu makruh sebagian mengatakan haram berpuasa karena hari terakhir menuju Ramadhan, namun sebagian mengatakan makruh.

Al Imam Ibn Hajar mengatakan yang di maksud Sya’ban kesemuanya (Sya’ban Kullahu) adalah yang sebagian besarnya bulan Sya’ban itu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa.

Maka Al Imam Ibn Hajar juga menjawab tentang kenapa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa di bulan Sya’ban sangat banyak? Padahal beliau mensunnahkan ibadah sunnah, juga puasa di bulan – bulan haram yaitu dzul’qaidah, dzulhijjah, muharram dan rajab, Sya’ban bukan bulan Haram, kenapa Rasul lebih banyak puasa di bulan Sya’ban dari pada bulan lainnya, maka di jawab oleh Al Imam Ibn Hajar pertanyaan itu bahwa teriwayatkan, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam baru di wahyukan oleh Allah kemuliaan bulan Sya’ban diakhir akhir sebelum wafatnya, tahun – tahun terakhir sebelum wafatnya baru di wahyukan oleh Jibril kemuliaan bulan Sya’ban, baru beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.

Demikian, dan tentunya bukan hanya puasa saja yang di sunnahkan di bulan Sya’ban ini,
Hadirin hadirat, Sang Maha Pemilik waktu dan masa, tidak menyisakan satu detik pun kecuali rahasia kedermawanan Nya terbuka, gerbang taubat Nya terbentang luas, limpahan anugrah Nya tidak pernah berhenti, ia berhenti kadang – kadang do’a tidak di kabulkan padamu tapi pada jutaan lainnya Allah sedang mengabulkan do’a mereka.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Namun Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“berbaik – baiklah didalam kehidupan, sebagaimana Allah berbaik – baik padamu” (QS Al Qashash 77)

Allah berbuat yang terbaik untuk kita, maka berbuatlah yang terbaik untuk Allah subhanahu wata'ala, Allah akan berikan lagi yang lebih baik lagi dari kita dan membenahi keadaan kita seraya berfirman :

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ

“sunggguh orang – orang yang beriman, beramal saleh dan juga beriman pada apa yang di turunkan pada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau itu kebenaran, pembawa kebenaran dari Tuhan mereka (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam), Allah hapuskan segala kesalahan – kesalahan mereka (yang mau mengikuti Sang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), Allah hapuskan kesalahan – kesalahan mereka, dan Allah perbaiki keadaan mereka” (QS Muhammad 2)
Hadirin hadirat semakin kita mendekat pada Allah, semakin Allah perbaiki keadaan kita.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Bulan Sya’ban juga sebagaimana Hadits yang tadi kita dengar bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam paling banyak puasa di bulan Sya’ban dan juga Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa hampir 1 bulan penuh dan Hadits selanjutnya adalah :

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ، مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ، حَتَّى تَمَلُّوا (صحيح البخاري)

“berbuatlah amal itu semampumu, jangan melebihi kemampuan kata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, sungguh Allah tidak akan pernah bosan, kalian yang akan mempunyai sifat bosan”

Manusia mempunyai sifat bosan, Allah tidak ada bosannya maka ambillah dari amal ibadah itu semampu kalian jangan paksakan lebih dari pada kemampuan kita

فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ

“Allah itu tidak akan ada bosannya”

Allah akan terus gembira dengan ibadahmu, tapi kalian sendiri nanti yang akhirnya kelelahan sendiri, akhirnya bosan untuk memperbanyak ibadah, maka lebih baik kita menjaga ibadah hanya sekedar sekemampuan kita saja, karena kalau di paksakan nanti akhirnya kelelahan sendiri dan meninggalkan ibadah itu.

Saudara saudariku yang kumuliakan,
Hadits ini juga membuka rahasia keluhuran, bahwa Allah subhanahu wata'ala menyambut amal – amal hambanya sekedar kemampunanya, tidak ada perhitungan umum tapi perhitungan pribadi dimata Allah subhanahu wata'ala, semampunya hambanya itulah yang akan membuat pertanyaan dari Allah kelak hambanya sudah mampu tapi tidak melakukan itu yang akan di pertanggung jawabkan dan akan melewati barangkali kesusahan, tersiksa di dunia musibah atau di sakaratulmaut atau di kubur atau di Neraka, karena mampu tapi tidak mau, beda dengan yang tidak mampu tidak pernah akan di bebani, Allah tidak akan memaksa

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak akan memaksakan manusia kecuali dengan kemampuannya” (QS Albaqarah 286)
Dan Sang Maha baik dan Maha Lembut selalu meyeru kita oleh keluhuran.
Bukankan Allah subhanahu wata'ala telah berfirman di dalam hadits qudsi kepada Nabiyallah Daud 'Alaihi Salaam :

يا داود، لو يعلمون المدبرون عني شوقي لعودتهم، ومحبتي لتوبتهم، ورغبني لإنابتهم، لطاروا شوقا الي، يا داود هذا للمدبرين عني، فكيف للمقبلين عني؟

“Wahai Daud kalau seandainya orang – orang yang berpaling dari Ku itu menghindari kemuliaan dan selalu berbuat kehinaan, kalau mereka tau betapa rindunya Aku kepada kembalinya mereka kepada Ku, kalau mereka tau getaran dahsyatnya rindu Ku pada mereka, jika mereka mau kembali, betapa cintanya Aku kepada mereka, atas Taubat mereka, kalau mereka tau betapa besar dan bagaimana dahsyatnya Cinta Ku pada hamba Ku jika ia ingin bertaubat dan besarnya semangatku menyambut hamba – hamba KU yang ingin banyak beribadah, mereka tidak tau wahai Daud dahsyatnya kerinduan Ku dan dahsyatnya cinta Ku dan dahsyatnya hangatnya sambutan Ku, jika mereka tau mereka akan bisa meninggalkan dirinya, untuk terbang kehadapan Ku karena rindu ingin berjumpa dengan Ku, mereka tidak akan menguasai jasadnya untuk segera sampai kehadapan Ku karena rindu kepada Kuو Wahai Daud itulah Cinta Ku, rindu Ku dan sambutan hangat Ku pada para pendosa dan mereka yang berpaling jika mau bertaubat, maka bagaimana cinta Ku pada hamba – hamba Ku yang baik” (Taujihunnabiih Limardhaati baarih oleh Al Munsid Al Allamah Alhabib Umar bin Hafidh)

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian rindu Nya Allah, bagi mereka yang mau memahami perasaan Allah dan Cinta Nya memanggil kita untuk bertaubat dan rindu Nya memanggil kita unuk kembali kepada keridhaan Nya, dan semangat kehangatan sambutan Nya, memanggil kita untuk siap melimpahi anugrah jika kita ingin memperbanyak ibadah, Maka terimalah Cinta Nya Allah, rindu Nya Allah dan sambutan hangatnya di dunia dan akhirat, bahkan lebih.
Dan merugilah mereka yang menolaknya, dan merugi mereka yang di tawari Cinta Nya Allah mereka menolaknya

Kelak di hari kebangkitan Allah akan memanggil namamu, namaku maju menghadap, fulan bin fulan di perintahkan maju kehadapan Allah,
Saat itu hari pertanggungan jawab,
Hambaku kau menolak cinta Ku, hambaku kau menolak rindu Ku .........

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ . وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ . وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ . وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ . عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ . يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ . الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ . فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ . كَلا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ . وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ . كِرَامًا كَاتِبِينَ . يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ . إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ . وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ . يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ . وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ . ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ . يَوْمَ لا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالأمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ

(QS. AL INFITHAAR)

Hadirin, Allah subhanahu wata'ala berfirman :

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ

“ketika langit terbelah…”

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ

“ketika laut naik keatas permukaan bumi…”

bercampur dengan Lava (lahar yang ada di perut Bumi) muntah keluar ke atas daratan, gelombang lautan itu sudah menjadi lahar panas (karena bercampur dengan Lava yang ada di perut bumi),
setelah itu bumipun di ratakan, setelah itu bumi bukan menjadi bulat tapi menjadi lempengan (lebar bentuk padang mahsyar),

وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ

“semua kubur di bongkar oleh para malaikat...”
Mereka di perintahkan untuk menghadap,

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ

“tahulah manusia apa yang telah ia lakukan dulunya dan apa yang akan dia terima dari balasannya”

يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ

“Wahai manusia apa yang membuatmu meninggalkan Tuhan Mu yang Maha Pemurah..”

Maka di saat itu apa yang harus kita jawab ?
Adakah kedermawanan melebihi kedermawanan Nya ?
Adakah kelembutan melebihi kelembutan Nya ?
Adakah Dunia dan akhirat tidak cukup bagi kita untuk di dapatkan kebahagiaan yang kekal ?
Allah subhanahu wata'ala telah menjanjikan kebahagiaan yang kekal, tidak ada fitnah, tidak ada masalah, tidak ada musibah, tidak ada penyakit, tidak ada apapun yang membuat kita sedih yang ada kebahagiaan yang kekal apa yang kurang pada diriku kata Allah subhanahu wata'ala ?

يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ ، فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ ،

“ apa yang membuatmu tertipu hingga meninggalkan Tuhan mu yang Maha pemurah, yang menciptamu dari tiada dan mencipta postur tubuhmu sebagai mana yang terjadi pada dirimu dengan bentuk yang telah ditentukan oleh Allah Swt”

كَلا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ، وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ، كِرَامًا كَاتِبِينَ، يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ، إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ،

“namun sebagian dari kalian mendustakan Ku kata Allah, mendustakan agama Allah, mendustakan tuntunan ilahi, padahal kalian itu ada yang mengawasi, yang mengetahui apa yang kalian perbuat, malaikat yang berada dikanan dan kiri kita terus mencatat perasaan, pemikiran dan perbuatan dan ucapan kita, sungguh orang orang yang baik mereka yang berada didalam kenikmatannya kekal”

selesai semua, selesai semuanya apa – apa yang mereka bingungkan, selesai tidak ada lagi kebingungan,

وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ، يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ، وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ ،

“ mereka yang berbuat kehinaan tempatnya di neraka jahim, mereka menolak cinta Ku, mereka menolak rindu pada Ku, mereka menolak menyembah Ku, mereka terus menyekutukan Ku, tempat mereka neraka jahim, mereka menolak kasih sayang Ku, mereka menolak pengampunan Ku, mereka menolak Rahmat Ku, mereka menolak menghadap kepada Ku, mereka terus berdoa dan meminta dan tidak meminta kepada Ku, mereka lewatkan hari – harinya dengan pengingkaran dan kehinaan dan terus berbuat dzhalim atas dirinya, dan atas orang lain, tempat nya neraka jahim, mereka akan memasuki neraka jahim para pembuat kehinaan, kerusakan, kedzhaliman”

yang barangkali kita sekarang sudah gerang dengan perbuatan jahat yang barangkali tidak tertindak, namun akan datang waktunya mahkamah terluhur mengadili semua kejadian dengan seadil adilnya tempat yang berbuat jahat adalah neraka jahim, tempat yang mencintai sang Nabi dan beriman kepada Allah saw adalah kenikmatan yang kekal,

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ، ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ، يَوْمَ لا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالأمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ.

“ tahu kah kalian hari kebangkitan itu dan tahu kah kalian hari kebangkitan itu, hari dimana manusia tidak lagi memiliki dirinya, hari itu semua masalah kembali kepada Allah subhanahu wata'ala”

ia punya tangan tangan yang tidak bisa diperintah tangan yang bersaksi atas dosa – dosanya, tangan yang bersaksi atas pahalanya, tangan yang bisa berkhianat padanya dan bisa berbakti padanya selama ia bakti pada Allah anggota tubuhnya bakti padanya untuk membelanya.

ketika salah seorang hamba ditimbang dalam timbangan amal lalu ia di perintahkan untuk masuk kedalam neraka karena sudah kehabisan amal, dosa nya lebih banyak dari pahala lalu matanya menjerit kepada Allah, Wahai Allah aku tidak mau masuk kedalam neraka karena NabiMu Muhammad Saw telah bersabda bahwa para mata yang mengalirkan air mata karena saat berdzikir memanggil nama Mu maka tidak akan disiksa oleh Allah subhanahu wata'ala, maka aku tidak mau masuk neraka biarkan tubuh yang lain masuk neraka, aku tidak mau masuk karena sudah janji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka Allah subhanahu wata'ala memerintahkan hamba itu keluar dari neraka maka teriaklah Jibril Alaihi Salaam :

“hamba Allah, umat Muhammad subhanahu wata'ala salah seorang umat Muhammad mendapat syafa’at sebab air matanya”

setetes air matanya mengalir saat ia berdoa kepada Allah, ia di syafa’ati oleh matanya sendiri hadirin hadirat sabda Rasul riwayat Shahih Bukhari salah satu dari kelompok yang dinaungi Allah :

رَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“ orang yang mengingat Allah, saat ia mengingat Allah, saat ia merenung tafakkur mengingat Allah, rindu dia kepada Allah, cinta dan haru ia kepada Allah, mengalirlah tetesan – tetesan air matanya”

Para salafu shaleh kalau mereka berdoa lalu menangis mereka mengusapkan air matanya keseluruh tubuhnya, keseluruh wajahnya untuk mengambil kemuliaan dan keberkahan dari air mata khusyu’.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah subhanahu wata'ala Maha luhur, bulan ini bulan sya’ban terdapat banyak hal – hal tabu di bulan ini diantaranya berpindahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke masjidil Haram dengan doa dan keinginan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam surat al Baqarah dijelaskan

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

“Kami (kata Allah), Aku melihat kau sudah ingin, wajahmu terlihat menoleh noleh kelangit menanti perintah” (QS Al Baqarah 144)

maksudnya apa? Berharap agar kiblat dipindahkan, kenapa kiblat ke palestina? Karena saat itu Allah subhanahu wata'ala memerintahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkiblat kepalestina agar orang – orang yahudi masuk islam, orang yahudi masuk islam karena merasa kiblatnya sama dengan muslim, namun ketika Rasul memindahkan kiblatnya ke ka’bah, maka banyak orang – orang yahudi yang protes hingga mereka mundur dari masuk islam.

Hadirin hadirat yang dimuliakna Allah,
Aku melihat kau kata Allah subhanahu wata'ala, kau sudah berpaling menoleh menanti keputusan turunnya ayat untuk diizinkan pindah kiblat, karena kiblat hanya arah saja, bukan ka’bah itu adalah Allah, banyak arah untuk mengarahkan jasad kita kesatu arah diseluruh dunia ini dalam melakukan shalat kita hanya dibutuhkan arah saja, Masjidil Aqsa, mau kemana, mau kemana cuma Rasul shallallahu 'alaihi wasallam ingin merubah ke Masjidil Haram,

فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا

“Allah berkata’’ kami hadapkan engkau ke kiblat yang engkau inginkan wahai Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam”

Rasul inginkan kiblat ke ka’bah Allah berkata
”akan kami palingkan engkau pada kiblat yang engkau inginkan” maka Rasul menghadapkan dirinya ke ka’bah maka turun lagi kalimat selanjutnya :

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

setelah beliau menghadapkan dirinya ke ka’bah Masjidil Haram, turun lagi kalimat
“maka hadapkan wajahmu mulai saat ini ke Masjidil Haram jika melakukan shalat”

kiblat itu tidak punya satu norma apa – apa tapi karena di pilih oleh Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Rasul tidak memilih ka’bah sebagai kiblat, masih palestina kiblat kita, Allah Maha tau kiblat itu nantinya di ka’bah bukan dipalestina jadi Allah menanti dan ingin menunjukan pada umat ini betapa Allah mencintai dan tidak ingin melukai perasaan Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ini yang ingin Allah ingin tunjukkan pada ummatnya, ummat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar faham kiblat sampai berubah dengan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menginginkannya Allah palingkan kiblat itu ke ka’bah mudah saja Allah menggantikan kiblat ke arah yang di inginkan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat Allah munculkan hal itu didalam Al Qur’anul karim itu terjadi di bulan sya’ban demikian kejadian itu diriwayatkan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari
oleh hujjatul islam al Iman Ibn Hajar Al Asqalaniy dan juga lainnya bahwa kejadian itu terjadi di bulan sya’ban dan pada bulan sya’ban bukan hanya itu, tapi peperangan bani mushthaliq terjadi di bulan sya’ban, dan juga peperangan tabuk terjadi di bulan sya’ban dan juga dibulan sya’ban kelahiran Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib Kw, Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib lahir dibulan sya’ban didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari oleh hujjatul islam al imam Ibn Hajar Al Asqalaniy bahwa kelahiran Sayyidina Husain itu dibulan sya’ban tahun ke 4 hijriyah dan wafat pada tahun 51 atau 52 hijriyah di Karbala di Iraq, wafatnya disitu Sayyidina Husain bin ali cucunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Yang terakhir yang saya sampaikan dibulan sya’ban ini juga turunnya firman Allah subhanahu wata'ala :

إِنَّ اللهَ وَمَلاَ ئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِ ينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, wahai orang – orang yang beriman perbanyak shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan seindah indahnya salam” )QS Al Ahzab 56)

inilah kejadiannya dibulan sya’ban dijelaskan oleh hujjatul islam wabarakatul al iman Jalaludin Abdurrahman Assuyuthi didalam kitab Asyifa asbabul nuzulnya.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
jelaslah bulan sya’ban banyak sekali kemuliaan dan kepadanya terdapat malam nisfu sya’ban, malam pertengahan sya’ban yang sangat padanya mengandung banyak keluhuran dan bulan sya’ban ini mengingatkan kita pada bulan teragung dan hari – hari teragung, siang – siang teragung, malam – malam teragung yaitu Ramadhan al mukaram yang setiap harinya pahala dilipatkan 700 kali lipat dan lebih, karena diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa pahala dilipat kalikan 10 kali dan 700 kali lipat demikian riwayat Shahih Muslim, namun didalam shahih Muslim disebutkan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat atau lebih dalam Shahih Muslim demikian penafsiran al imam Nawawi didalam syarah Nawawi pada Shahih Muslim dijelaskan kalau yang 10 kali lipat itu pada waktu biasa dan biasa bertambah disaat saat lain, misalnya dimajelis ta’lim, dimajelis dzikir, tanah suci, dibulan suci, di hari suci itu bias mencapai 700 kali lipat khususnya dibulan Ramadhan setiap amalan dikalikan 700 kali lipat.

Hadirin hadirat kita puasa sebulan sama dengan puasa 700 bulan karena digandakan 700 kali lipat, 700 bulan tidak berapa lama dibagi 12. Hadirin hadirat demikian pahalannya Ramadhan secara harfiah saja tapi lebih dari itu karena Allah subhanahu wata'ala menyampaikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diriwayatkan dalam Shahih Bukhari akan kita lewati haditsnya nanti bahwa bagi puasa itu Allah subhanahu wata'ala yang membalasnya langsung, bukan dengan perhitungan 10, 20,100,700 Allah subhanahu wata'ala yang membalas langsung.
“Puasa, khusus ibadah puasa itu untuk Ku kata Allah subhanahu wata'ala, Aku sendiri yang akan mengganjarnya”
kalau sudah Allah yang mengganjar bukan urusan munkar nakir nulis 700 kali lipat, langsung Rabbul’alamin yang memberikan lebih dan lebih dan lebih.

Hadirin hadirat yang dimuliakna Allah,
saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiyah semoga Allah subhanahu wata'ala memuliakan hari – hari kita, semoga kita memasuki malam 1 sya’ban dengan seindah – indah keadaan dan meninggalkan seluruh dosa – dosa kita selesai dengan berpisahnya kita dengan bulan Rajab, hingga rajab membawa seluruh dosa – dosa kita kepada rahasia pengampunan Allah subhanahu wata'ala, masuklah kita kedalam sya’ban.

Rabbiy cabut kami dari segala kesusahan, cabut kami dari segala rintangan, cabutlah dari fitnah dan segala apa yang mempersulit ibadah kami dan merintangi kami, singkirkan musibah yang datang pada kami, lunaskan semua hutang – hutang kami selesaikan segenap hajat kami, jangan Kau lewatkan malam ini kecuali esok terbit dengan segala jawaban doa – doa kami,

Ya Rahman Ya Rahim jangan kau terbitkan matahari esok kecuali Kau jawab seluruh doa jama’ah yang hadir semua, Kau jawab seluruh wajah – wajah kami ini esok pagi sudah cerah terang benderang menghadapi kabar – kabar gembira atas jawaban doa – doa kami.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..

Tunjukan Keagungan Nama Mu ya Allah, buktikan keagungan dzikir menyebut Nama Mu ya Allah, agar kami tau betapa Agungnya ke Agungan Nama Mu, betapa besar anugerah yang Kau Limpahkan bagi mereka yang menyebut Nama Mu

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِ

Jumaat, 7 Mei 2010

Behind The Niqab


I am a woman like any another,
Young and full of desires,
With the urge to live life to its fullest,
I want to be as free as a bird,
Who wishes to fly high in skies,
Swim like that jovial dolphin,
Prancing with the roaring waves,
And discover the colours of life,

I am a woman of few words and glances,
But many endless desires
You think I am imprisoned in black,
You think I cry with inferiority complexes,
But your so wrong O’ wayfarer,

Behind the niQab,
Is a woman who hopes to conquer this world,
With the power of her pen,
Although people ridicule her talent,
she holds firm faith in being patient,
The way she uses the pen,
That sharp sword of words awakening your rooh.

So don’t under estimate this black cloak,
It is far powerful than you can ever imagine.
There have been tales of my disgrace,
by those who failed to realise its value,

I have heard the wise Bulbul,
Singing songs of joy and hope,
She’s praising the niQab and its tales.
Several tears reside behind this veil,
yet a ray of light exists,

One day you will see me fly in the skies,
And the black ink of the pen flowing like that of my niQab
writing in the skies, bold words of wisdom,
till then I am patient and praying everyday…

Behind the niQab,

is a story of a woman,

living behind the veil and writing it…

Khamis, 1 April 2010

April Fool: Antara Barat dan Keparat


“Kawan saya ni memang hidup cara Barat. Biar pun baik hatinya, tapi akhirnya bercerai juga dengan isteri. Apa nasihat yang patut diberi kepada orang macam ni, ustaz?” tanya salah seorang hadirin dalam program ceramah saya.

“Hidup cara Barat itu tidak menjadi punca masalah, jika yang dimaksudkan itu ialah bercakap bahasa Inggeris, makan makanan Eropah atau berpakaian mengikut format orang sana,” saya cuba menyuluh perspektif.

Di Barat sendiri, jumlah mereka yang memeluk Islam cukup tinggi. Jika Islam bertentangan dengan Barat, tentu sulit untuk orang Barat menerima Islam.

“Maka apa yang diperlukan oleh sahabat tuan itu, ialah meninggalkan dosa-dosa yang dianggap Barat, serta menyuntik kesedaran tentang persoalan hidup ini untuk apa. Sebagaimana yang kita bincangkan sebentar tadi,” saya menyudahkan jawapan.

Seorang Barat yang memeluk Islam, akan terus bercakap bahasa Barat, makan makanan Barat, beribu bapakan orang Barat, beradik beradikkan manusia Barat, dan terus menjadi Muslim yang tulen di Negara Barat. Apa yang ditinggalkan hanyalah bahasa carut dalam kerosakan budaya Barat, makanan haram dalam hidangan Barat, dan mengenepikan perbezaan aqidah ibu bapa dan adik beradik dalam hubungan sosial. Itu sahaja.

Seseorang boleh menjadi moden tanpa perlu menjadi Barat. Seseorang itu juga boleh menjadi Barat tanpa perlu menjadi Keparat!

BARAT DAN KEPARAT

Ya, jika ahli politik seperti Ataturk keliru di antara proses modernisasi (modernization) dengan proses pembaratan (westernization), kita pula ramai yang keliru di antara Barat dengan Keparat.

Ramai yang cuba untuk meniru kehidupan Barat berubah menjadi Keparat. Malah kerana ‘yang mengikut’ selalunya lebih teruk dari ‘yang diikut’, kita menjadi lebih Keparat dari Barat. Entah kenapa, benda yang elok-elok dari Barat tidak hendak diikut. Yang busuk-busuk dan keparat itu juga yang didambakan.

Malah yang Kristian pun ramai juga yang keliru antara Kristian dan Barat. Kristian adalah agama yang lahir di Timur, tetapi ada pula yang bertaqlid dengan agama Kristian supaya ‘menjadi Barat’, malah memperalatkan agama Kristian untuk menjustifikasikan perbuatan keparat sesetengah mereka.

Kelemahan jati diri bangsa kita yang mengkeparatkan diri untuk kelihatan Barat, menyebabkan saya hilang upaya untuk mengulas tentang budaya April Fool. Tidak perlulah dibahas-bahaskan sangat latar belakang sejarahnya, mana yang betul, mana yang salah. Huraian tentang sejarah April Fool itu sendiri pun banyak yang fool.

Jelasnya ia fool!

Terungkap pada sabda Nabi SAW:

lubangdhab.jpg

“Kamu akan mengikuti sunnah umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehinggakan jika mereka memasuki lubang biawak (dhab) nescaya kamu akan mengikuti mereka. Sahabat bertanya: Adakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani, wahai Rasulullah? Sabda Baginda SAW: Ya, siapa lagi kalau bukan mereka?” - [Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim]


Sumber: Saifulislam.com

Rabu, 3 Mac 2010

Apakah Benar Engkau dan aku pejuang?

Engkau ingin berjuang , tapi tidak mampu menerima ujian,

Engkau ingin berjuang, tapi rosak oleh pujian,

Engkau ingin berjuang, tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan.

Engkau ingin berjuang, tapi tidak begitu setia kawan,

Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban,

Engkau ingin berjuang, tapi ingin jadi pemimpin,

Engkau ingin berjuang, menjadi pengikut agak segan.

Engkau ingin berjuang, tolak ansur tidak engkau amalkan,

Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup terima cabaran,

Engkau ingin berjuang, kesihatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan.

Engkau ingin berjuang, masa tidak sanggup engkau luangkan,

Engkau ingin berjuang, kerenah isteri tidak kau tahan,

Engkau ingin berjuang, rumah tangga lintang pukang,

Engkau ingin berjuang, diri engkau tidak engkau tingkatkan.

Engkau ingin berjuang, disiplin diri engkau abaikan,

Engkau ingin berjuang, janji kurang engkau tunaikan,

Engkau ingin berjuang, kasih sayang engkau cuaikan,

Engkau ingin berjuang, tetamu engkau abaikan.

Engkau ingin berjuang, anak isteri engkau lupakan,

Engkau ingin berjuang, ilmu berjuang engkau tinggalkan,

Engkau ingin berjuang, kekasaran dan kekerasan engkau amalkan.

Engkau ingin berjuang, rasa bertuhan engkau abaikan,

Engkau ingin berjuang, iman dan taqwa engkau lupakan,

Yang sebenarnya, apa yang engkau hendak perjuangkan?

Jumaat, 8 Januari 2010

10 wasiat imam hasan albanna


1. Apabila mendengar azan maka bangunlah sembahyang segera walau bagaimana keadaan sekalipun.

2. Bacalah al-Quran, pelajarilah buku-buku ilmu, pergilah ke majlis-majlis ilmu, dan amalkanlah dzikrullah dan janganlah membuang waktu dalam perkara yang tiada memberi manfaat.

3. Berusahalah untuk bertutur dalam bahasa Arab karena bahasa Arab yang betul itu adalah satu-satunya syiar Islam.

4. Janganlah sekali-kali bertengkar, karena pertengkaran yang kosong tidak memberikan kebaikan apapun.

5. Janganlah banyak tertawa karena hati yang selalu berhubungan dengan Allah itu selalu tenang lagi tenteram.

6. Janganlah banyak bergurau karena umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam setiap perkara.

7. Janganlah bercakap lebih keras daripada kadar yang dikehendaki oleh pendengar karena percakapan yang keras itu adalah suatu resmi yang sia-sia malah menyakiti hati orang.

8. Jauhilah daripada mengumpat-umpat peribadi orang, mengecam organisasi, dan janganlah bercakap melainkan apa- apa yang memberi kebajikan.

9. Bersaudaralah dengan setiap Muslimin yang ditemui karena asas gerakan dakwah kita ialah bersaudara dan berkasih-sayang.

10. Kewajiban-kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang ada pada kita, oleh itu gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya dan rapikanlah perlaksanaannya.

Rabu, 6 Januari 2010

Awas..pelihara ini!

Hadis riwayat al-lmam al-Tirmizi. Beliau berkata ia adalah hadis sahih.
Daripada Mu'az ibn Jabal r.a. beliau berkata: Aku berkata:
"Ya Rasulullah! Terangkan padaku suatu amalan yang boleh memasukkan aku ke dalam
syurga dan menjauhkan aku daripada api neraka."


Baginda bersabda: "Sesungguhnya engkau telah
bertanya suatu perkara besar, namun sesungguhnya ia adalah ringan bagi orang yang dipermudahkan Allah; iaitu engkau menyembah Allah, jangan mensyirikkanNya dengan sesuatu, engkau mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan haji ke Baitullah."

Kemudian Baginda bersabda: "Apakah engkau mahu aku tunjukkan beberapa pintu kebajikan? Puasa itu
adalah perisai, sedekah dapat madamkan dosa seumpama air memadamkan api dan sembahyang seorang lelaki di tengah malam."

Kemudian Baginda membaca ayat al-Qur'an yang bererti: (Tulangtulang
rusuk mereka telah renggang dari tempat tidur mereka. Mereka menyeru Tuhan mereka dengan perasaan takut dan penuh harapan dan mereka membelanjkan sebahagian rezeki yang Kami kurniakan kepada mereka. Seseorang tidak mengetahui apakah yang disembunyikan bagi mereka yang terdiri daripada perkara yang menyejukkan mata sebagai balasan terhadap amalan yang mereka telah lakukan).

Kemudian Baginda bersabda: "Apakah engkau mahu aku khabarkan kepadamu tunggak segala
amal, tiang-tiangnya dan puncaknya?"

Aku berkata: "Mahu ya Rasulullah!

Baginda bersabda: "Tunggak
amalan ialah lslam, tiang-tiangnya ialah sembahyang dan puncaknya ialah jihad. "

Kemudian Baginda
bersabda: "Apakah engkau mahu aku khabarkan kepadamu kunci segala perkara tersebut?"

Aku berkata:
"Mahu ya Rasulullah!"

Lalu Baginda memegang lidahnya seraya bersabda: "Peliharalah benda ini!"

Aku
berkata: "Ya Nabi Allah! Adakah kita akan diseksa lantaran apa yang dibicarakannya?"

Baginda
bersabda: "lbumu akan kehilanganmu wahai Mu'az! Tiadalah manusia itu dihumbankan mukanya - atau Baginda bersabda - dihumbankan batang hidungnya ke dalam api neraka kecuali kerana hasil tanaman lidah-lidah mereka."


Pengajaran hadis:
(1) Berdasarkan hadis ini, amalan yang boleh memasukkan seseorang hamba ke dalam syurga ialah menunaikan rukun-rukun lslam, iaitu benar-benar beriman kepada Allah tanpa syirik dan beriman kepada Rasulullah SAW, sembahyang, zakat, puasa Ramadhan dan ibadat haji.

(2) Pintu-pintu kebajikan pula sangat banyak, antaranya yang disebut dalam hadis ini ialah berpuasa
kerana ia adalah perisai yang melawan hawa nafsu bagi seorang mukmin. Selain itu ialah sedekah yang ikhlas kerana Allah kerana ia dapat memadamkan dosa seumpama air memadamkan api. Pintu kebajikan seterusnya ialah sembahyang di waktu tengahmalam.

(3) lbadat pada waktu tengah malam sangat afdhal dan amat dituntut ke atas setiap individu muslim. la
dapat menguatkan keimanan, keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah. la dapat memberikan sinar air muka yang bercahaya bagi orang yang melakukannya. Allah SWT telah memuji orang yang suka beribadat pada waktu tengah malam dalam banyak ayat termasuk ayat yang dipetik dalam hadis ini.

(4) Tunggak segala perkara ialah lslam, tiangnya ialah sembahyang dan kemuncaknya ialah jihad.
Seorang mukmin sejati mesti melaksanakan tuntutan-tuntutan ini dengan baik walau apapun cabaran dan rintangan.

(5) Kunci segala perkara pula ialah menjaga lidah. Lidah adalah antara anggota badan yang paling
banyak terdedah melakukan maksiat. Barangsiapa yang dapat menjaga lidahnya daripada angkara jahat dan maksiat, Baginda Rasulullah SAW menjamin bahawa dia akan dapat masuk syurga. Setiap patah perkataan yang dituturkan oleh lidah akan dipersoalkan Allah SWT. Ramai manusia yang dihumbankan ke neraka akibat celupar lidah.


Rabu, 16 Disember 2009

Meniti di penghujung hari...

"Dan sesiapa yang berhijrah pada jalan Allah (untuk membela dan menegakkan Islam), nescaya dia akan dapati di muka bumi ini tempat berhijrah yang banyak dan rezeki yang makmur dan sesiapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian dia mati (dalam perjalanan), maka sesungguhnya telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." Surah An-Nisa' : Ayat 100.


Tafsiran Ringkas :

Ibnu Abbas menjelaskan bahawa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Jamrah bin Jundub yang sudah sangat tua. Dia berniat keluar dari rumahnya untuk berhijrah untuk mencari keredhaan Allah dan Rasul-Nya. Dia pun berpesan kepada keluarganya " Bantulah aku dari negeri kaum musyrik ini dan hantarkanlah aku kepada Rasulullah.Keluarganya menyanggupinya. Namun belum sampai di hadapan Rasulullah , beliau meninggal dunia di tengah perjalanan.

Hijrah pada asalnya dimengertikan sebagai perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan dalam Islam ia merujuk kepada perpindahan Rasulullah dan para sahabat dari Kota Mekah ke Kota Madinah. Manakala dalam ruang lingkup yang lebih luas hijrah mencakupi segala usaha untuk berubah dalam segala aspek ke arah yang lebih baik dari sebelumnya untuk mendapat keredhaan Allah dan memperjuangkan Islam.

Dalam ayat di atas, hijrah itu hendaklah hanya di jalan Allah dalam usaha menegakkan dan memperjuangkan Islam. Berhijrah untuk menuntut ilmu supaya keluar dari tempurung kejahilan. Berhijrah agar dapat keluar dari daerah kemiskinan.Berhijrah mengumpul kekuatan supaya panji-panji Islam berkibar megah di mana-mana jua di bumi Allah ini. Tidak kira ia di diami oleh manusia yang berwarna kulit gelap, putih atau sawo matang.Percayalah, kita akan dapati tempat hijrah yang banyak.

Bumi Allah ini amat luas. Sama ada kita melangkah ke arah utara, selatan, barat mahu pun timur kita dijanjikan rezeki yang makmur jika kita ringan tulang untuk berusaha dan rajin meneroka. Dengan usaha keras yang berkekalan pasti akhirnya kita akan mengecapi kebahagian, ketenangan dan kenikmatan hidup yang kita idam-idamkan.

Perlu diingat hijrah itu tidak bermakna jika tidak niatnya tidak berasaskan ketakwaan dan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Berpadukan kepada Kitab Allah. Boleh sahaja sesorang itu berhijrah untuk memperoleh harta yang banyak,meraih cinta si gadis, perempuan-perempuan untuk dikahwini, tempat tinggal yang cantik. Jika itulah niatnya dia hanya akan dapat apa yang di hajati tetapi jauh dari mendapat pahala dan keredhaan Allah.

Jangan berputus asa, walau siapapun kita, berhijrahlah. Walau kita pemikul dosa yang bergunung-gunung, muka yang terconteng arang dan badan yang penuh lumpur kerana kesalahan-kesalahan serta kesilapan silam. Berazamlah untuk berhijrah, bukankah Allah itu Maha Pengampun lagi Maha mengasihani.

Mulalah langkah untuk berhijrah, sebelum semuanya sudah terlambat. Kebahagian dan kejayaan menanti kita di daerah baru.Berhijrahlah dari hitam kepada putih, dari kotor kepada bersih, dari jahil kepada bijaksana, dari malas kepada rajin, dari kedekut kepada pemurah, dari lalai kepada ingat Allah.

Kumpulkan segala kekuatan untuk berhijrah. Keluar dari daerah yang mengancam akidah kita, daerah derita, daerah sengsara, daerah jahiliah, daerah maksiat. Bukan dunia Allah ini luas!!!

Mari kita bersama berhijrah. Pindah atau berubah kepada sesuatu yang lebih baik dan menbahagiakan.

Melangkahlah hari ini, masuklah ke daerah yang membolehkan kita selalu mengukir senyuman....



Jumaat, 11 Disember 2009

Ia Pasti Tiba


"Aku adalah pengejar syurga akhirat, bagiku dunia ini adalah tempat mempersiapkan segala sesuatu untuk meraih syurga akhirat; aku yakin bahawa syurga akhirat tidak akan pernah dapat aku raih kecuali aku boleh menikmati syurga dunia terlebih dahulu. Maka rumah dan keluargaku adalah syurga dunia paling indah buatku. Tempat kerja syurga dunia harianku. Tetangga, masyarakat,dan bangsa adalah syurga duniaku yang lebih luas. Ke manapun dan sampai bila-bila pun syurgaku selalu bersamaku"...

- Ustaz Asri Rabbani


Bismillah, walhamdulillah.

hari ni hari jumaat...cukup terasa tenang dan damai. entah kenapa hari ni tak seperti selalu...cukup menenangkan jiwa dan mghilangkan kekusutan serabut urusan kerja. kan best kalau hari2 camginie. tgh dok belek2 kaset2 lama...trjumpa kaset rabbani,album Arah..album kedua rabbani kalau tak silap. terkenangkan sebentar Allayarham Ust Asri,vokalis utama.

ingat lagi masa kecik2 dulu,paling suka nasyid Nada Murni, lagi2 lagu Munajat. aku suka nasyid dulu2. Lirik hebat menusuk jiwa,berhikmah, alat muzik pn kurang (xde bunyi gitar,cme kompang n gendang jer). Nasyid The Zikr versi lama pun sme. kalo dulu gi rmh pkcik kt prkampungn arqam kuang s'gor tu,msti g studio derang dgr diorg latih nasyid. merdu suara diorg. (rabbani,raihan,hijjaz merupakn kumpln nasyid arqam sblm arqam diharamkn,majoriti derang satu team dgn abg aku dl)

"Apabila datang ajal mereka, tidak dilambatkan walau sesaat dan tidak dipercepatkan"


Benarlah janji Allah. Allah menyayangi ust Asri. Suara yang merdu dalam "Munajat" nya masih terngiang2. Tetapi nasyid ˜Pergi Tak Kembali" kali ini bukan untuk peminatnya tetapi untuk dirinya sendiri.

Ku sisipkan dengan sekalung doa agar almarhum sejahtera di sana. Hari ini hari beliau, entah esok lusa hari kita pula. Soalannya sudahkah kita bersedia untuk ke sana? Nabi ada menyebut

“ Cukuplah dengan maut sebagai penasihat“.

Ziarahlah kubur,uruslah jenazah agar jiwa ini lembut untuk tidak terlalu mencintai dunia yang fana ini. Sebaliknya menjadikan dunia ini jambatan untuk menuju ke sana. Al-Fatihah..Moga Almarhum ditempatkan brsama para solehin.


related post ; Muhasabah Kematian


Selasa, 17 November 2009

Seruan Al-Khaliq

Wahai anak Adam...!
Sesungguhnya selagimana kamu meminta dan berharap kepada KU akan AKU ampuni segala dosa yang telah kau lakukan dan AKU tidak mempedulikan lagi .


Wahai anak Adam...!

Jika kamu datang kepada KU dengan dosa sepenuh bumi dan setinggi langit kemudian kau memohon keampunan... Akan AKU ampunkan...


Wahai anak Adam...!
Jika kamu datang dengan kesalahan sebesar bumi kepada KU di akhirat kelak, namun kamu tidak pernah mempersekutukan AKU (menyintai yang lain lebih dari menyintai KU), Nescaya AKU akan menerimamu dengan keampunan sebesar bumi juga...

Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya,maka ALLAH akan menyulitkan urusannya,dan ALLAH akan menjadikan kefakiran dihadapannya (Rasa tidak puas),dan dunia yang diraih hanyalah apa yang telah ditetapkan oleh ALLAH. Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya,maka ALLAH akan memudahkan urusannya dan menjadikan kekayaan pada hatinya dan memberikan dunia kepadanya.
(Hadis)





Jumaat, 23 Oktober 2009

Laksanakan amanah Demi Syiar Islam

Pembukaan kota makkah (Fath Makkah) merupakan satu sejarah besar bagi umat Islam dalam kepimpinan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi SAW masuk ke Makkah, kunci Kaabah dibawah jagaan Osman bin Talhah bin Abi Ad-Dar yang merupakan siak kaabah.

Osman bin Talhah tidak pernah melihat Nabi SAW melainkan dengan mendengar nama "Muhammad" sahaja. Justeru, ketika kemasukan Nabi Muhammad SAW ke Makkah, Osman bin Talhah telah naik di atas bumbung kaabah, iaitu di kala diminta oleh nabi SAW untuk mendapatkan kunci Kaabah.

Setelah diberitahu, barulah dia mengetahui bahawa insan yang meminta anak kunci kaabah tersebut adalah nabi SAW, menyebabkan Osman bin talhah telah menyerahkan anak kunci kaabah yang berada ditangannya kepada Ali bin Abi Talib.

Ali bin Abi talib menyerahkan kunci tersebut kepada Nabi SAW, lalu nabi SAW menggunakannya untuk membuka pintu kaabah, lalu masuk. Kemudiannya, menunaikan solat sunat dua rakaat.

Setelah usai menunaikan solat, nabi SAW pun keluar dan melakukan tawaf di keliling kaabah dengan memegang gugusan Kunci kaabah. Apabila sampai kepada bapa saudara nabi, Abbas, nabi SAW pun mahu menyerahkan kunci Kaabah tersebut kepada bapa saudaranya itu.

Belum sempat Nabi SAW memberikan anak kunci itu kepada Abbas, maka turun ayat al-Quran;

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Maksudnya;
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat"

(Surah An-nisa' : 58)

Menerima sahaja ayat ini, Nabi SAW terus menyuruh Ali bin talib menyerahkan kunci kaabah itu balik kepada Osman bin talhah, sambil meminta maaf kepadanya.

Ketika Ali bin Talib menyerahkan kunci itu kepada Osman,ketika itu Osman bin talhah mengucap Shahadah; mengakui keesaan dan ketuhanan Allah, juga kenabian Muhammad SAW.


Tidak lama kemudian, jibril A.S datang dan memberitahu kepada Nabi SAW bahawa penjaga kunci Kaabah adalah keluarga Osman bin talhah. Setelah Osman bin Talhah berhijrah, maka adiknya yang bernama Syaibah pula yang menjaga kunci Kaabah[1].

NABI SAW TIDAK EGO

Walau baginda seorang yang menjawat jawatan nabi, merangkap pimpinan utama kerajaan islam, ego sekali-kali tidak pernah wujud dalam dirinya. Apabila wujud sebarang tindakan yang silap, pasti nabi SAW akan mengakui kesilapan.


Keadaan ini sudah banyak dapat dilihat menerusi sirah nabi, seperti teguran Allah SWT terhadap nabi dalam sejarah penurunan surah 'Abasa. Juga, pembenaran ijtihad Omar bin al-Khattab dalam membuat keputusan terhadap tawanan Badar, yang ketika itu nabi SAW menerima ijtihad dari Abu bakar as-Siddiq.

Keadaan yang sama juga berlaku buat kali lainnya menerusi penurunan ayat ini. Waima berjawatan besar, Nabi SAW mengakui kesilapan baginda SAW ketika ditegur oleh Allah SWT, sehingga sanggup memohon maaf kepada siak kaabah, Osman bin talhah.


AMANAH WAJIB DITUNAIKAN

Amanah merupakan tuntutan yang wajib ditunaikan. Tanpa menunaikan amanah, azab Allah akan berkunjung tiba. Dalam surah An-Nisa' ayat 58, kita dapat melihat bagaimana suruhan amanah ini merupakan perkara yang penting.

Dalam ayat ini juga, Allah SWT menyuruh nabi SAW dan sesiapa sahaja agar melaksanakan amanah terhadap sesiapa sahaja. Sama ada terhadap orang yang berbeda mazhab, juga berbeda agama.

Menurut Imam fakruddin ar-Razi, amanah itu dibahagikan kepada tiga perkara; (a) amanah terhadap tuhan, (b), amanah terhadap manusia, dan (c) amanah terhadap diri manusia itu sendiri.

Amanah terhadap tuhan adalah, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Adapun amanah terhadap manusia adalah, melaksanakan segala kewajipan yang wajib dilakukan terhadap manusia, seperti memulangkan harta yang diberi pinjam, tidak menipu dalam timbangan ketika berniaga, tidak menyebarkan aib manusia, para pemerintah melaksanakan keadilan terhadap rakyat, para ulama melaksanakan kewajipan mereka terhadap orang bawahanya, seperti tidak membina ketaasuban yang batil, malahan memberi petunjuk kepada manusia dengan perkara yang boleh memberi manfaat pada hidup mereka di dunia, juga di akhirat.

Amanah manusia terhadap dirinya sendiri pula adalah, dia melakukan tindakan yang tidak memberi mudharat pada dirinya sendiri, sebaliknya terus melakukan tindakan yang melahirkan maslahah dan yang lebih baik untuk dirinya. Begitujuga, tidak melakukan tindakan yang boleh melahirkan mudharat bagi kehidupannya di akhirat kelak, seperti mengikut kehendak nafsu syahwat syaitan, juga mudah marah.

TIDAK MAMPU LAKSANAKAN AMANAH

Orang yang dapat melaksanakan amanah dengan baik, pasti akan mendapat balasan yang besar di sisi Allah SWT.

Dalam hadis, kita dapat melihat banyak pesanan-pesanan Nabi SAW yang menggambarkan betapa besarnya keuntungan bagi mereka yang berjaya melaksanakan amanah.

Pun begitu, jika manusia tidak dapat melaksanakan amanah, maka pesanan azab yang besar dari Allah SWT terhadap mereka. Justeru, bagi mereka yang tidak dapat menunaikan amanah, maka hendaklah dia menarik diri dari memegang sesuatu amanah, seterusnya menyerahkan kepada mereka yang berhak dan layak.

Bagi pihak yang melantik, melihat kepada orang yang "ada nama" untuk diberikan sesuatu amanah adalah sesuatu yang tidak tepat, malahan tersasar. Ini kerana, islam menentukan sesuatu amanah, hendaklah diberi berdasarkan kepada kelayakan.

Lantikan sesuatu amanah tidak berdasarkan kepada kelayakan, boleh melahirkan natijah kehancuran. Seperti sabda Nabi SAW;

إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Maksudnya;
"apabila disandarkan sesuatu urusan, bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran" (Sahih al-Bukhari : 57)

Sekian

Wallahu 'Alam

(kredit)


Khamis, 8 Oktober 2009

La Taghdhob !!


Bagaimana rasa kita bila mulut yang pernah kita suap tiba-tiba menggigit kita? Atau bila seorang yang lemah lembut kononnya datang hendak membantu kita tetapi punya seribu satu rencana rahsia untuk menjatuhkan kita? Atau dia yang begitu memuji memuja bvila berhadapan mata tetapi menikam dengan belati umpatan dan celaan ketika di belakang kita? Atau kita berdepan dengan “pelakon” handalan yang pandai sekali bermuka-muka tetapi penuh dengan strategi dan dendam untuk menghancurkan keperibadian atau karier kita? Jawabnya… JANGAN MARAH!

Kemarahan kita kepada seseorang akan memudaratkan kita sendiri lebih daripada orang yang kita marahkan. Justeru, memaafkan adalah langkah yang paling baik – bukan sahaja untuk orang lain tetapi untuk diri kita sendiri. Ertinya, memaafkan orang lain samalah seperti memaafkan diri sendiri. Diri kita akan menjadi lebih tenang, ceria dan stabil apabila memaafkan ’musuh-musuh’ kita.

Menurut ajaran Islam kemarahan berasal daripada syaitan, dan syaitan berasal daripada api. Api itu panas dan membakar. Bahangnya akan menyebabkan pertimbangan hati, akal dan perasaan kita tidak seimbang – sepertimana molekul cecair atau gas apabila dipanaskan. Malah, ada kesan biologi yang negatif apabila kita marah – degupan jantung, aliran darah, retina mata dan rembesan hormon berubah daripada biasa. Muka menjadi merah, telinga menjadi panas, gigi serta bibir mengetap… Benarlah seperti yang dianjurkan oleh Imam Ghazali apabila seseorang itu marah ” pandang betapa hodoh wajahmu di muka cermin!”

Namun, siapakah yang tidak pernah marah? Marah itu sebahagian daripada sifat tabi’e manusia. Tanpa marah, manusia bukan manusia lagi. Justeru, marah itupun satu anugerah. Dengan adanya sifat marah, timbullah semangat mempertahankan diri, keluarga bahkan agama. Ringkasnya, marah itu ada yang terpuji, ada yang dikeji. Marah yang terpuji bila sesuai pada tempat, sebab dan keadaannya.

Bila agama dikeji, kita mesti marah. Ketika itu jika kita tidak marah, Allah akan marahkan kita. Sebaliknya, bila diri peribadi kita yang dikeji, dianjurkan supaya bersabar. Ini soal personal. Memaafkan, lebih utama. Sayangnya, hal yang sebaliknya selalu berlaku. Bila agama dikeji, kita selamba. Bila diri dikeji, marah kita seakan menggila.

Bagaimana kita boleh menteladani Sayidina Ali r.a. yang masih mampu membezakan ’jenis’ marahnya di saat kritikal? Ketika dia diludah oleh musuhnya sewaktu hendak memancung kepala musuh tersebut, Sayyidina Ali tiba-tiba berhenti justeru merasakan marahnya bukan lagi atas semangat jihad fisabilillah tetapi oleh kebencian melulu yang lebih bersifat personal.

Termasyhur kata-kata ahli rohani, jika diri dikeji… telitilah, muhasabahlah, apakah kejian itu sesuatu yang benar dan tepat? Jika benar dan tepat, kejian itu mesti dilihat sebagai ’teguran’ daripada Allah melalui lidah manusia. Koreksi dan perbaikilah diri segera. Namun sekiranya kejian itu tidak benar, apa hendak dirisaukan? Bukan manusia yang menentukan mudarat dan dosa. Biarkan ia berlalu, jangan takut kepada orang yang mencerca!

Namun itu tidak bermakna kita jumud hingga merelakan diri untuk sewenang-wenaangnya diperkotak-katikkan. Kesabaran perlu diiringi kebijaksanaan. Tabah bukan mendedahkan diri untuk difitnah. Tanganilah, hadapilah, kejian yang salah dengan cara yang betul. Hadapi emosi sipengeji yang panas berapi dengan kepala sedingin salji.

Jadikanlah kemarahan itu sebagai ’pekerja’ dan diri kita sebagai ’majikan’nya. Biarlah marah yang bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuknya. Jadi, mula-mula, tuluskanlah marahmu hanya kerana Allah semata. Kemudian luruskanlah marah itu pada jalan yang dibenarkan-Nya sahaja. Kemudian uruskanlah marahmu mengikut kadar dan batasnya…

Jadikanlah marah umpama api di dapur hatimu. Panasnya, biar berpadanan. Jangan terlalu kecil, hingga tindakan mu kelihatan ’mentah’. Jangan pula keterlaluan hingga peribadimu hangus terbakar!

Jumaat, 4 September 2009

Separuh Masa Kedua Piala Taqwa!

“Wahai orang-orang yang beriman, puasa telah diwajibkan ke atas kamu sebagaimana ia telah diwajibkan ke atas generasi sebelum kamu, mudah-mudahan (dengan puasa itu) kamu bertaqwa” [al-Baqarah 2: 183]

Sahabat,

Kita sudah pun masuk ke separuh kedua bulan Ramadhan. Separuh kedua ini biasanya adalah pusingan penentu. Jika kita umpamakan Ramadhan ini seperti perlawanan bola sepak, separuh masa kedua bukan lagi ruang untuk cuba-cuba mengintai pihak lawan, berkhayal mencari strategi dalam bayangan atau sekadar berlari turun naik padang tanpa arah tujuan. Semua orang sudah mesti tahu apa peranan masing-masing dan sudah tiba masanya untuk bertindak dan menyerang.

Apakah jaringan kita setakat separuh masa kedua ini?

Andai masih 0-0, perlu dikaji apa yang tidak kena. Maksiat kita tinggalkan, tapi kebaikan tidak kita lakukan. Tambah-tambah lagi jika maksiat ditinggalkan hanya semata-mata “rakan syaitan jin dan manusia” tertambat dan bukannya kerana dorongan mahu mendampingi Tuhan. Jangan lupa, buat sesuatu kerana selain Allah itu riya’, meninggalkan sesuatu kerana selain Allah juga adalah riya’.

Andaikata kita sudah mendahului dengan jaringan 1-0, syukurlah kepada Allah. Namun kita belum selamat. Pasukan Nafsu masih terlalu hampir untuk membuat jaringan persamaan, mereka tidak henti-henti menyerang sedangkan pertahanan kita semakin keletihan. Tambahlah bilangan bola yang berjaya dibawa melepasi pertahanan Pasukan Nafsu yang degil itu. Biar jarak kemenangan kita itu berada di zon selamat, bukan sentiasa di atas urat.

Tambah-tambah dekat nak Raya, penyokong pasukan nafsu semakin bersesak-sesak masuk ke gelanggang. Pekiknya makin menggerunkan. Jangan pula kalian lemah semangat kerananya. Kita pasukan Tuan rumah, harus menang sekurang-kurangnya di gelanggang sendiri.

Namun, kalau sudah masuk pusingan kedua, masih lemah ditinggalkan masa, hubaya hubaya… kamu di ambang kekalahan. Piala Taqwa itu bakal jatuh ke tangan orang lain, iaitu ke tangan Pasukan Nafsu yang memang diketahui tidak kenal dan kenang nilai Piala Taqwa. Ia hanya mahu mengalahkan pasukan kita, ia hanya mahu melihat Piala Taqwa itu tidak berada di tangan kita.

Apakah musim depan kita masih berpeluang untuk masuk gelanggang? Tiada seorang pun yang berani memberikan jawapan, bahkan jurulatih terhandal pun tahu masa yang ada di tangan kita hanyalah sekarang. Masa lalu telah berlalu, masa hadapan tak pasti kesampaian. Dan masa sekarang yang ada di tangan kita, hanya tinggal separuh masa kedua… apakah masih ada ruang untuk berlengah?

“Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin! “ (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

AbuSaif

Selasa, 25 Ogos 2009

Diantara Dua Cahaya

Dia mencipta dan Dia memilih. Dia bebas dengan kehendak dan mahuNya. DiciptaNya langit dan bumi, lalu dilayarkan lewat samudera masa dalam 12 bulan yang berulang – ulang. DipilihNya 4 daripadanya, lalu dinobatkan kemuliaannya sebagai bulan – bulan yang haram (mulia). Itulah pilihanNya sedari alam tercipta di tangan dan mahuNya.

Ramadhan adalah daripada 12 tetapi bukan daripada 4 yang terpilih oleh mahuNya itu. Ia terpinggir dari arus kemuliaan tetapi ia tiada gusar! Ia menanti dalam sabar dan rindu. Ia merindu dalam cinta dan tasbih. Saatnya nabi agung terutus, saatnya umat agung terbangkit, ia akan menari dan bersuka ria dalam malam tiada terperi.

Di malamnya, satu daripada 30, dari lapis langit ketujuh tersaksilah pada sekelian alam kejadian janji agung yang terkota oleh al Rabbul Jalil. Turun berjejeranlah dan berbanjar – banjarlah para malaikat Allah didepani ‘al Ruuh’ beralunan lunak tasbih dan tahmid, memuji dan memuja pada meraikan dan merayakan turunnya sebuah janji agung daripada empunya semesta alam, Rabbul alamiin.

Malam itu al Quran turun. Turunlah dari kota Lauh Mahfuz, dari utuh Ummil Kitab, dari sisi arasyNya yang agung. Turunlah ke lapis terbawah daripada langit yang terhias oleh jutaan bintik – bintik bintang bercahaya berkerdipan bagai lampu – lampu neon di majlis perajaan.

Ia malam penuh berkat. Diberkati dan memberkati. Malam Lailatul Qadr. Malam setanding seribu bulan, sejangkau 80 tahun hayat insani. Berimanlah, beramallah di malam terkota janji ganjaran seribu bulan dalam iman dan amal! Bertempiklah, bertakbirlah, manikam janji yang tidak terperi..

Satu malam yang memberkati 30 malam disekelilingnya. Malam – malam Ramadhan yang penuh keberkatan. Dia bertandang kepada kita, tetapi kitalah tetamunya, bukan dia tetamu kita. Dia menjamu dan kita dijamu sepuas – puasnya.

Al Quran turun dari langit diiring Jibril ‘alaihissalam menuju insan teragung, Muhammad sallaLlahu alaihi wasallam di gua Hira’, gua tauhid dan kebenaran. Bacalah wahai Muhammad, dengan nama Tuhanmu..

Kita di bumi. Al Quran di langit. Ramadhan menarik langit ke bawah dan menolak bumi ke atas. Ramadhan adalah medan masa kita dan al Quran berjabat. Berpeganglah pada tali al Quran sekuat – kuatnya agar kita tidak jatuh ke bumi, ke lembah palsu dan plastik! Atau, al Quran diangkat langit dek tiada yang mengendahinya.

Kallaa! Tidak sesekali tidak! Inilah umat Muhammad. Tercipta untuk terpilih oleh mahu Empunya alam. Terpilih untuk menjadi pemegang amanah kalamNya yang suci dan yang agung hingga dunia digoncang janji dan ajal tuannya. Selagi umat Muhammad, selagi itulah al Quran dibaca, ditadabbur dan dilunaskan dalam medan amal dan perjuangan. Dalam hidup dan kehidupan..

Allah, Allah, Allah.. Aku tersyahdu menghirup al QuranMu. Jadikan aku hambaMu. Kerana aku hambaMu.

Selamat berkunjung ke qaryah Ramadhan. Kampung masa yang kudus dan khusyu’ diterangi juntaian neon ayat – ayatNya yang memancar menerangi dunia yang kelam dan gelap.

Ahad, 16 Ogos 2009

Muhasabah kematian....

Bila sesosok jasad di depanmu itu adalah kalian…

Mungkin pagi kemarin kalian masih berjalan2 dengan teman2 kalian…

Mungkin siang kemarin kalian masih sempat mendengar sayup-sayup tausiah…

Atau mungkin sempat sejenak tidur bersantai menikmati hari…

Mungkin sore tadi kalian masih tertawa dan bercanda bersama teman2 kalian…

Tapi kini, inilah kalian, terbujur kaku…

Wajah cakap kalian tak bisa tersenyum lagi…

Tangan kuat kalian tak bisa diangkat lagi…

Pikiran cerdas kalian tak bisa berputar lagi…

Kaki lincah kalian tak bisa bergerak lagi…

Di kanan kirimu, mungkin ada ayah ibumu… atau ada saudara2mu… atau ada sahabat2mu…

Yang menangisi kepergianmu, tapi mereka tak bisa berbuat apa2…

Kau berusaha berbicara pada mereka…

Oh ayah… ada yang belum kusampaikan padamu, betapa aku ingin lebih banyak mengajakmu bicara…

Oh ibu… ada yang belum kuucapkan padamu, betapa aku menyesal lebih banyak aku membantah perkataanmu daripada mendengarkanmu dengan khusyuk…

Oh saudara2ku… apa yang kutinggalkan selain rasa sakit hati pada diri kalian karena buruknya sikapku?

Oh sahabat2ku, aku sering lupa menyapamu dengan senyuman tulus setiap saat aku bertemu kalian…

Oh, betapa aku ingin mengatakan aku mencintai kalian… aku menyayangi kalian…!!! Dengarkah kalian? Walau seberapa buruk sikapku, aku mencintai kalian!!! Dengarkah…??

Tapi tidak ada yang mendengarmu… karena lidahmu kini kelu… tak bisa berkata lagi…

Kamu kelak akan diarak oleh keluargamu, menuju peristirahatan terakhir.





Saat itu, mungkin merupakan perjumpaan terakhir.

Karena setelahnya, kalian akan sendiri bersama tanah yang akan membaur dengan tubuh kalian

Kaku… bisu… diam… hanya keheningan yang menjadi teman kalian saat itu…

Kalian sendirian…

Datanglah malaikat Munkar dan Nakir mendekat dan menanyakan kepada kalian…

Siapa Tuhanmu?

Apakah kau bisa menjawab lantang “Allah”? Lidahmu gemetar, ia tak bisa berbohong lagi, ia tak bisa kaugunakan lagi untuk menutupi kepalsuanmu…

Aku ingin menjawab Allah, tapi, lidah ku ini tak bisa menyebutnya… yang kuingat adalah aku terlalu banyak mencintai duniaku… Siapakah nama yang selalu terngiang dalam pikiranku dan terucap dalam lisanku selama ini, teman? Bila selama ini dalam sehari-hari, yang kauingat bukanlah Allah, yakinkah kau masih bisa mengingatnya di alam kubur ini?Kalaupun engkau mengingatnya, yakinkah lidahmu tidak akan kaku karena tak terbiasa ia mengucapkan itu?

Saat yaumil hisab datang padamu… Seperti apakah kisah hidupmu ini kelak akan kau ceritakan? Tidak, saat itu lidah kalian dikunci. Akal cerdik kalian dihentikan. Saatnya kejujuran berbicara. Lihatlah tangan kalian, kelak ia akan akan menjawabkan apa yang telah kalian lakukan. Sentuhlah kaki kalian kelak dialah yang akan menjawabkan apa yang telah kalian lakukan. Rasakan hati kalian, kelak dialah yang akan berteriak tentang apa yang dia rasa dan niatkan selama ini. Mereka akan berteriak dengan tangis terpendam karena saat itu ia tak bisa lagi berbohong menutupi kesalahanmu… tak bisa lagi membisu menahan aibmu…tak bisa lagi membelamu…

Setelah semua terungkap nanti… yang ada hanya tinggal penyesalan…

Apalah artinya rasa senangmu di dunia dulu?

Apa makanan enakmu siang tadi masih ada gunanya kini? Apa novel yang kalian baca kemarin masih ada manfaatnya saat ini? Atau film yang kau tonton minggu lalu masihkah menyenangkanmu kini? Handphone yang baru kau beli itu, apakah ada di sampingmu saat ini?

Pujian-pujian temanmu bahwa kau hebat dalam berbagai hal apakah masih bisa kau banggakan kini? Tatapan kagum adik-adik kelasmu, apakah masih dapat kau lihat kini? Permintaan tolong dari orang-orang sekitarmu, apakah masih membuatmu merasa penting saat ini?

Bila setelah tirai diturunkan, tap! Drama telah usai. Perjalanan telah berakhir. Kamu turun dari panggung kehidupan dan di situlah hidupmu yang sebenarnya…

Apa yang kamu bawa di tanganmu?

Mungkin yang kau bawa adalah hutang2mu yang belum terbayar? Amanah2mu yang terlalaikan? Rasa sakit hati teman2mu yang diabaikan?

Lalu mana amalmu? Ya Allah, cukupkah ini untuk perjalanan panjangmu ini? Kemarin saja ada kebaikanmu yang kau tunda. Nanti saja lah, kan masih ada waktu. Namun kini? Masihkah ada?

Di mana kamu kelak di akhirat berada? Di deretan orang-orang dengan wajah bersih bersinar? Atau deretan orang-orang yang menunduk karena hangus wajah kalian karena dosa yang kalian sembunyikan?

Di manakah kelak rumah abadimu? Apakah di Syurga tempat segala yang kau inginkan tersedia? Tempat segala yang kau tinggalkan di dunia ini dapat kau terima? Atau di Neraka? Tempat segala yang kau pinta adalah sia-sia? Tempat balasan atas hal-hal maksiat yang kau lakukan di dunia?

Setiap muslim akan masuk surga, bukan?

Namun apakah sebelumnya kau sempat merasakan api neraka itu? Yang satu hari seperti seribu tahun lamanya? Merasakannya untuk semenit saja? Hanya karena dosamu yang tidak kau pintakan taubatnya?

Bukan, bukan amalmu yang akan memasukkanmu ke Syurga… bukan sujudmu, bukan infaqmu,, bukan puasamu, bukan lelah kerjamu, bukan capai pikiranmu… bukan teman! Tapi rahmat Allah SWT! Maka hatimu, jagalah selalu pada harapan akan ridho Allah… Sikapmu, jagalah selalu dalam ikhlas padaNya. Lisanmu, jagalah selalu agar selalu membuahkan cinta padaNya…Harapkanlah Allah dalam hatimu, Karena hanyaAllah yang dapat menolongmu, Teman…

Maka mulai hari ini hitunglah segala amalmu… hitunglah segala kesalahanmu… menangislah karena amalmu itu belum juga cukup menutupi dosamu… Jagalah terus dirimu dalam kebaikan. Karena kau tak tahu kapan batas akhir hidupmu… Pada akhir ceritamu,apakah akhir yang indah atau buruk? Apakah kau yakin, kelak kau akan mati dalam kondisi sebaik ini? Apakah kau mati dalam maksiat, atau dalam amalmu? Apakah kau mati saat kau sedang berbuat sia2, atau saat kau sedang berbuat kebajikan?

Karena hidup ini hanyalah perjalanan sementara teman. Kisah senangnya hanya hiburan sesaat. Kisah sedihnya hanya ujian sementara. Alam akhirat itulah hidupmu yang sebenarnya. Maka tanyakah ada dirimu.. buat apa aku di dunia ini? Tugas apa yang harus kutuntaskan di sini? Bagaimanakah aku mengisi perjalanan ini? Apa yang harus kusiapkan untuk hidupku nanti? Bagaimana akhir hidupku ini nanti kurencanakan?

Tanyakan pada dirimu… cari tahu oleh dirimu… kerjakan olehmu… saat ini… mulai detik ini…karena waktu tak dapat menunggu…


"Susah hati dengan sebab dunia, akan menghitamkan hati.
Susah hati dengan dosa, akan memancarkan cahaya....
jagalah masa yang tinggal sedikit..
manfaatkan dgn perkara yg brfaedah
tanda kita mnyesal dgn masa yg sudah..
Ingatlah Tuhan setiap waktu...kerana kematian kita belum tahu "